SUMENEP, Suaraindonesia.co.id - Madura Ethnic Carnival (MEC) menjadi salah satu gelaran even di Kabupaten Sumenep, yang sukses menyedot ribuan penonton, Sabtu (16/09/2023) kemarin.
Ajang fashion show, yang menampilkan beragam design busana unik, dengan gaya khas masing-masing designer tersebut, dinilai mampu melahirkan kreator-kreator muda yang ulung asal Sumenep.
Akan tetapi, di balik suksesnya penyelenggaraan MEC, beberapa pihak menilai terdapat sejumlah hal yang menjadi sorotan, terutama minimnya kearifan lokal yang dimunculkan dalam gelaran besar tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh seorang Budayawan Sumenep Ibnu Hajar, dia memberikan apresiasi yang luar biasa, atas digagasnya MEC di Kabupaten Sumenep.
Kendati demikian, dirinya menilai bawa MEC masih belum menemukan ruhnya. Sehingga ketika masyarakat menyaksikan event tersebut, tidak secara otomatis teringat dengan Bumi Sumekar.
Salah satunya adalah dalam hal pemilihan musik. Meski mengaku tidak antipati terhadap jenis musik moderen, akan tetapi kata dia, event kebudayaan akan lebih apik jika diiringi dengan alunan musik bernuansa Madura.
"Saya melihatnya dalam perspektif positif. Kenapa, karena dari sinilah akan menggugah pada kreator muda untuk berkarya. Hanya saja, persoalannya bagaimana agar mampu memberikan ruh kepada karya itu. Jadi artinya, harus memiliki karakter. Eh walaupun sama etnik karnival, Sumenep seperti ini loh, itu yang harus dicari," ungkapnya kepada suaraindonesia.co.id.
Dirinya tak ingin membandingkan event MEC, dengan gelaran di wilayah lain. Tapi, menurut Ibnu, Kabupaten Sumenep harus mampu memiliki identitas dan karakter personal. Dengan demikian, The Soul of Madura tidak sekedar menajadi slogan belaka.
Menurutnya, dalam pelaksanaan sebuah event besar, segala hal perlu untuk benar-benar diperhatikan. Terlebih, kegiatan tersebut menjadi salah satu gong dari Kalender of Event 2023 Kabupaten Sumenep.
"Jujur, saya masih belum bisa menangkap ruhnya. Secara kuantitas, saya berani bilang itu luar biasa. Tapi secara kualitas ya maaf ya, saya tidak bisa berkomentar," lanjutnya.
Untuk itu, Ibnu menyarankan agar kedepannya pihak pelaksana tidak hanya melakukan studi banding ke kota lain yang melaksanakan event serupa. Tapi, bagaimana menggali informasi dan konsultasi dengan para pemerhati budaya juga seniman.
Sehingga, acara yang ditampilkan tak hanya menjadi tontonan, namun juga mengedukasi dan membekas di ingatan para penonton.
"Ini perlu dipikirkan, kedepannya jangan asal. Semakin baik, kedepannya semakin baik. Saya yakin pasti bisa," tandasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Yuni Amalia |
Komentar & Reaksi