TUBAN - Untuk mensukseskan program pemerintah, khususnya swasembada pangan, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur menjalin kerjasama kemitraan dengan Koperasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dibidang komoditi tanaman jagung.
Sebagai dasar hukum nota kesepahaman dengan nomor : 01/MoU/KUM/DIVREJATIM/2020 dan nomor : 902/NK SK/KOP TMR HKTI PJT/X/2020, kerjasama kemitraan ini dilandasi dengan skema offtaker komoditi jagung yang berlokasi di Petak 4D RPH Sigagak, BKPH Sundulan, KPH Tuban, dengan luasan lokasi panen 6 hektar dan tingkat produktifitas sebesar 6 ton jagung per hektar.
Sebagaimana diketahui, jagung merupakan komoditi strategis setelah beras. Sebab, produktivitasnya sangat tinggi dan kegunaannya juga beragam. Mulai dari pakan, pangan, energi, hingga bahan baku industri. Kenaikan permintaan akan terus menjadi sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan kesejahteraan.
Potensi lahan dan kesesuaian iklim untuk penanaman jagung menjadi faktor penguat perluasan dan peningkatan produksi jagung. Oleh karena itu, orientasi pertambahan produksi jagung tidak dibatasi pada swasembada untuk memenuhi permintaan saat ini, terutama bahan baku pakan, tetapi lebih untuk penguatan ekonomi, industri dan kemandirian pangan.
Kepala Divisi Regional Jatim, Karuniawan Purwanto Sanjaya mejelaskan, panen raya di KPH Tuban ini merupakan tempat bersejarah, sebab Presiden Joko Widodo telah menyerahkan surat izin bagi para petani untuk menggarap lahan hutan di lokasi tersebut selama 35 tahun.
“Sebagaimana diketahui, jagung merupakan andalan bagi petani Tuban. Sebab, Tuban dinyatakan sebagai lumbung jagung terbesar di Jawa Timur. MoU yang dilakukan Perhutani dengan HKTI bisa menjadikan Tuban luar biasa,” ungkap Ka Divre Jatim, di lokasi panen raya, Desa Minohorejo, Kecamatan Widang, Sabtu, (06/03/2021).
Di tahun 2021, Perum Perhutani Tuban telah menyiapkan lahan seluas 2.920 hektar dengan kapasitas rencana hasil produksi jagung sebesar 6.425 ton sekali panen yang melibatkan 65 LMDH. Adapun skemanya ialah, dalam satu tahun bisa 2 hingga 3 kali panen dengan hasil 4-5 ton per hektar sekali panen.
Sebagai bentuk dukungan, Perhutani akan terus berupaya meningkatkan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh petani hutan, termasuk pemasarannya. Sebab, apabila hasil panen masyarakat melimpah, makan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat.
“Saya kira kegiatan ini akan sejalan dengan program Perhutani untuk melestarikan kawasan hutan. Kami juga akan terus membuka akses bagi petani untuk memanfaatkan lahan hutan. Tentu dengan aspek legal, yakni hutan harus tetap menjadi hutan, jangan kemudian menjadi gundul,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Ketua Umum HKTI, Moeldoko yang diwakili oleh Dody Imron Kholid mengaku, saat ini yang menjadi permasalahan petani di Indonesia ialah modal, infrastruktur, dan pangsa pasar. Sedangkan tugas HKTI untuk menyambungkan kebutuhan petani dengan instansi pemerintah, badan hukum dan lainnya.
“Alhamdulilah sekarang lahan sudah ada milik perhutanan sosial, kemudian bibit ada, serta pangsa pasar juga sudah kami siapkan. Jadi persoalan petani saat ini sudah kita bantu menyelesaikan,” jelasnya.
Tugas dari HKTI sendiri ialah membantu penjualan hasil panen dari petani dengan memutus mata rantai tengkulak, agar bisa langsung diterima pabrik. Kemudian memfasilitasi petani jagung kawasan hutan agar bisa mendapatkan benih dan pupuk bersubsidi, serta meningkatkan kesejahteraan petani kawasan hutan karena sudah turut serta memberikan kontribusi terhadap produktifitas jagung di wilayah Kabupaten Tuban.
“Saat ini, petani bisa menjual dengan harga Rp.4.550 perkilogram. Pola seperti inilah yang harus kita terapkan, mulai dari pemberdayaan kepada petani, hingga pangsa pasar telah kami siapkan. Semoga bisa menjadikan petani lebih sejahtera,” pintanya.
Sementara itu, Kepala Badan Kordinasi Wilayah (Bakorwil) Bojonegoro, Dyah Ayu Ermawati, yang mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, berdasarkan angka dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, tahun 2020, angka potensi uas panen jagung di Jawa Timur seluas 1.2 juta hektar, dengan produksi jagung mencapai 6,67 ton pipilan kering. Dari jumlah tersebut, potensi konsumsi, pakan ternak dan industri sebesar 2,57 juta ton pipilan kering, maka surplus di Jatim diperkirakan sebesar 4,1 juta ton pipilan kering.
“Kabupaten Tuban sendiri merupakan Kabupaten penghasil jagung terbesar di Jawa Timur dengan produksi mencapai 655.821 ton pipilan kering pada tahun 2020,” ujarnya menyambungkan sambutan Gubernur Jatim.
Di sisi lain, masih cukup banyak permasalahan yang dialami di komoditas jagung. Permasalahan itu terdiri atas produktivitas rata-rata nasional yang belum bisa menembus enam ton per hektar, kurang efisiennya biaya produksi, inkontinuitas produksi, dan lokasi produksi yang tidak dekat lokasi pasar, khususnya lokasi industri pakan. Sementara, pada sisi pascapanen dan pasar, permasalahan yang muncul adalah terbatasnya sarana penanganan pascapanen, pengering dan silo, yang berakibat pada rendahnya kualitas jagung pipilan.
Keberhasilan dalam peningkatan produksi jagung menuju swasembada yang berkelanjutan tentunya juga memerlukan partisipasi aktif dari petani jagung. Melalui pemberdayaan petani baik melalui kelompok tani, gapoktan, koperasi ataupun himpunan akan membentuk suatu hubungan kerjasama yang tangguh dan mandiri serta profesional, dan ini menjadi faktor penting bagi keberhasilan usaha tani jagung dengan iklim yang kondusif untuk pencapaian tujuan bersama.
Pemerintah juga mendorong terbangunnya korporasi petani dengan membangun model industri hulu ke hilir melalui peningkatan kapasitas petani. Dengan model korporasi, petani perlu didorong untuk berkelompok dalam jumlah yang besar dan berada dalam sebuah korporasi sehingga diperoleh skala ekonomi efisien yang bisa memudahkan petani dalam akses pembiayaan, informasi, teknologi, serta meningkatkan efisiensi maupun memperkuat pemasarannya. Pada tahun 2019 dan 2020 Kabupaten Tuban menjadi menjadi salah satu wilayah untuk pilot project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani.
“Tujuan yang ingin kita capai adalah produksi meningkat, ketersediaan pangan mencukupi, peningkatan nilai tambah, berkontribusi untuk ekspor (benih, produk segar dan olahan), PDB naik, NTP naik dan petani sejahtera,” pungkasnya. (Jun/Nang)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : M. Efendi |
Editor | : |
Komentar & Reaksi