SUARA INDONESIA SUMENEP

Ketum PP Pergunu Ajak Pegiat Pendidikan Kawal RUU Sisdiknas

Redaksi - 05 July 2022 | 18:07 - Dibaca 1.30k kali
Pendidikan Ketum PP Pergunu Ajak Pegiat Pendidikan Kawal RUU Sisdiknas
Sarasehan Pendidikan yang digelar oleh PC Pergunu Sumenep. Foto: Istimewa

SUMENEP- Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdahatul Ulama (Ketum Pergunu) Kiai Asep Saifuddin Halim menyebut, Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) sangat merugikan pendidikan Islam, khususnya lembaga madrasah.

Dirinya menilai, terdapat perlakuan yang tidak adil di dalamnya, dimana kata madrasah tidak masuk sebagai daftar elemen lembaga pendidikan dalam RUU Sisdiknas.

Padahal menurutnya, Pancasila telah menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk itu, dirinya mengajak agar masyarakat, terutama para pelaku pendidikan agar dapat bersikap kritis terhadap isu pendidikan yang ada di sekitar, salah satunya dengan mengawal bersama perancangan tersebut.

“Ada perlakuan yang tidak adil disini, tidak ada kata madrasah di dalamnya,” ungkapnya, saat menjadi Pemateri dalam acara Sarasehan Pendidikan yang diselenggarakan oleh PC Pergunu Sumenep, Minggu (3/7/2022).

Kiai Asep menjelaskan, madrasah telah hadir di Indonesia sejak tahun 1900 lalu, sehingga dirinya merasa heran ketika kata “Madrasah” tidak tercantum dalam RUU Sisdiknas.

Demi memperkuat peran madrasah dalam regulasi perundang-undangan, pihaknya mengaku beberapa waktu lalu telah mendatangi Komisi VIII DPR RI dan melakukan audiensi untuk meyampaikan persoalan tersebut.

Hal tersebut dianggap serupa dengan Kamus Sejarah Indonesia, yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang juga menuai banyak pro-kontra di kalangan masyarakat, karena dinilai memuat begitu banyak kejanggalan di dalamnya.

“Kamus sejarah itu tidak mencantumkan informasi tentang kiprah pendiri NU, begitu juga RUU Sisdiknas ini yang tidak mencantumkan kata madrasa,” paparnya.

Dirinya meminta, anggota Pergunu hendaknya terlibat dalam upaya menjaga keutuhan NIKRI, sebagai contoh mengkritisi isu-isu terkini yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas, terutama perihal dunia pendidikan.

Dirinya membeberkan saat ini ditengarai kelompok ekstrem kanan atau ekstrem kiri bisa saja menyusup ke berbagai sektor, untuk menghilangkan nilai-nilai pancasila,

“Kita harus kritis terhadap isu-isu terkini, terutama tentang pendidikan. Jangan sampai mereka menghilangkan atau merusaqk nilai-nilai Pancasila yang sudah senafas dengan ajaran Islam,” tandasnya. (Wil)





» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Redaksi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya