SUARA INDONESIA SUMENEP

Dulu Dianggap Bawa Petaka, Kini Fosil Paus Puluhan Tahun Jadi Aset Wisata di Giliyang

Wildan Mukhlishah Sy - 01 May 2023 | 21:05 - Dibaca 2.21k kali
Wisata Dulu Dianggap Bawa Petaka, Kini Fosil Paus Puluhan Tahun Jadi Aset Wisata di Giliyang
Tumpukan fosil tulang ikan paus, yang ada di Pulau Giliyang, Sumenep. Foto: Wildan/suaraindonesia.co.id

SUMENEP- Mitos, sepertinya menjadi salah satu hal yang tak bisa lepas dari tradisi masyarakat di Indonesia. Termasuk warga yang berada di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep. 

Sebuah fosil Paus dengan panjang sekitar 20 meter dan lebar 4 meter, ditemukan di Desa Banraas, Pulau Giliyang pada puluhan tahun yang lalu, tepatnya 21 Oktober 2004.

Hingga saat ini, fosil tersebut masih lengkap dan diletakkan di bawah bangunan kayu sederhana yang beratap asbes, dengan pemandangan mengarah langsung ke laut lepas. 

Pada mulanya, warga sekitar yang menemukan rangkaian bangkai ikan paus tersebut, tidak berani untuk menyentuhnya.

Karena berdasarkan mitos yang berkembang, terdamparnya ikan paus, dianggap akan membawa malapetaka bagi masyarakat Giliyang. 

Namun lambat laun, mitos tersebut mulai pudar seiring dengan semakin kuatnya kepercayaan masyarakat setempat, atas mutlaknya pertolongan Tuhan yang Maha Esa.

Mantan Kepala Desa Banraas Masdawi menjelaskan, saat itu masyarakat setempat sampai menggelar doa bersama untuk memohon agar dihindarkan dari malapetaka terdamparnya ikan paus dan selalu keselamatan bagi penduduk Giliyang. 

“Masyarakat sampai menggelar doa bersama untuk keselamatan pulau Giliyang dan seisinya. Alhamdulillah, rasa kwatir itu tidak terjadi berkat pertolongan sanga maha pencipta,” jelasnya kepada sejumlah media, Senin (1/5/2023). 

Bahkan, saat bangkai paus itu terdampar, kata pria yang saat ini menjadi Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep tersebut, bau busuk tercium hampir di seluruh penjuru pulau. 

Meski sempat dianggap akan membawa malapetaka bagi penduduk pulau yang dideklarasikan sebagai daerah dengan oksigen terbaik nomor dua se dunia tersebut, namun saat ini fosil ikan Paus, justru menjadi sebuah aset wisata berharga di Giliyang. 

Bagi anda yang berniat untuk menuju ke lokasi fosil paus, maka bisa berjalan kurang lebih 120 meter ke arah utara dari awal masuk ke batu canggah. 

Setelah sampai di simpang empat, pengunjung bisa mengikuti petunjuk yang telah disediakan di bagian kanan jalan dan membutuhkan waktu sekitar dua menit menggunakan sepeda motor, untuk sampai ke lokasi fosil paus. 

Di sana, para wisatawan dapat melihat tumpukan tulang ikan paus berusia puluhan tahun, sambil menikmati segarnya udara di Pulau Oksigen Sumenep dengan duduk di gazebo kecil yang sudah disediakan. 

Salah seorang pengunjung Pulau Oksigen Giliyang, Imroatus Soleha mengatakan, fosil paus itu, harusnya menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat setempat.

Ia menilai fosil paus merupakan bagian dari destinasi wisata di Giliyang yang diyakini mampu mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

Dengan catatan, di sekitar fosil paus dirawat sedemikian rupa. Seperti museum khusus fosil, serta tempat duduk pengunjung sembari mengabadikan momen baiknya.

“Kalau menurut saya, fosil itu dipamerkan dengan dibentuk museum dan disekitarnya dibuatkan tempat khusus pengunjung. Nantinya, yang mengelola masyarakat Giliyang sendiri,” tandasnya. 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya